Jumat, 21 Agustus 2009

Laku Menghayati Hidup Sejati

Di lingkungan masyarakat Jawa, kata Kejawen sering dikaitkan dengan klenik. Banyak dihubungkan dengan hal-hal gaib dan tidak masuk akal. Hal tersebut adalah tidak benar dan memang tidak tahu makna sesungguhnya.

Seperti diungkapkan Suryo S Negoro, dalam bukunya yang diberi judul Kejawen, Laku Menghayati Hidup Sejati, diuraikan bahwa orang Jawa sejak 3000 tahun sebelum Masehi telah mengenal cara menanam padi dengan sistem irigasi. Pelaksanaan cara bercocok tanam itu membutuhkan satu kerjasama yang baik antar para petani, dan sampai saat kini masih tetap dipraktekkan.

Menurut Suryo S Negoro, para petani harus memiliki kesadaran tinggi untuk melaksanakan suatu persetujuan yang menyangkut berbagai aspek, sehingga memuaskan semua pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut. Selain sistem persawahan basah, orang-orang kuno juga telah mengenal perikanan, ilmu perbintangan, pertenunan, batik, gamelan, dan wayang. Sebelum masuknya agama Hindu dan agama lain, orang Jawa telah memiliki kebudayaan dan kepercayaan sendiri.

Dalam upacara-upacara tradisional Jawa, ritual-ritual kuno masih tetap berlaku sampai kini. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa orang Jawa cukup luwes dalam memelihara identitasnya yang berharga. Selain eksistensi agama-agama yang banyak tersebar didunia, seperti agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan beberapa yang lain, suatu kepercayaan lokal yang secara populer disebut Kejawen atau Kebatinan sampai sekarang masih tetap eksis.

Kejawen yang berakar kata Jawa adalah kawruh/ilmu spiritual Jawa dengan laku/jalan hidup yang baik dan benar, sehingga orang yang mempraktekkan ajaran ini secara benar dengan sepenuh hati akan menemukan jalan spiritual ke urip/hidup sejati, mencapai hubungan yang harmonis/serasi antara kawula dengan Gusti atau Jumbuhing Kawula Gusti. Ini yang disebut dalam istilah Jawa Kasunyatan/Kenyataan/Realitas.

Kebatinan berasal dari kata batin, jadi kebatinan = spiritualisme yang biasanya dimengerti sebagai ilmu spiritual atau ilmu sejati terhadap kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sementara, orang berpendapat bahwa Kejawen mempunyai makna yang lebih luas, selain kebatinan juga mencakup cara berpikir, seni, budaya, tradisi dan lain sebagainya. Eksistensi Kejawen pada hakekatnya memang tidak bisa dipisahkan dari gaya hidup dan berpikir orang Jawa, alam dan tradisinya.

Suatu konsep Jawa yang tetap berlaku sampai saat ini adalah Memayu Hayuning Bawono - memelihara/menjaga kecantikan jagad raya yang dalam arti lebih luas adalah memelihara/menjaga jagad raya untuk kesejahteraan seluruh penghuninya. Secara alami orang Jawa itu environmentalist - pemelihara alam dan lingkungan seperti yang jelas terlihat dalam tradisi dan ritualnya yang berorientasi kepada alam. Hidup dalam harmoni - rukun sangat penting, hubungan harmonis antara orang-orang didalam masyarakat, antara manusia dan alam, hubungan harmonis antara kawula dan Gusti.

Sejak usia muda orang Jawa telah dididik orang tua, keluarga, masyarakat dan guru-guru sekolah mengenai tentang kepercayaan kepada Tuhan, sikap moral, tata krama, dan lain-lain. Orang-orang tua selalu berkata, semua agama itu baik. Sampai dengan saat ini pada hakekatnya di Jawa tidak pernah terjadi konflik yang disebabkan perbedaan agama.

Empat Keraton dan Puro di Yogyakarta dan Surakarta, merupakan pusat dari budaya keraton Jawa, dimana upacara-upacara keraton dari sejak zaman dahulu tetap dilaksanakan. Kebudayaan rakyat seperti Upacara Bersih Desa yang berasal dari zaman kuno, juga masih tetap dilestarikan keberadaannya sampai sekarang.

Pengenalan Terhadap Sikap Moral Jawa, Tata Krama, Dan Tradisi.

Budi Pekerti, berarti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan.
Hal ini merupakan tuntunan moral yang paling penting bagi orang Jawa tradisional. Orang yang mempunyai budi pekerti biasanya selalu selamat dalam hidupnya dan
diharapkan tidak akan mengalami kesulitan atau kesusahan dalam menjalani kehidupan. Maka, restu dari orang tua selalu dimulai dengan kata Slamet, artinya selamat. Budi pekerti adalah induk dari segala etika, tata krama, tata susila, kelakuan baik, san sebagainya. Pertama-tama, budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga dirumah, sesudah itu oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

Cerita Wayang merupakan salah satu sumber penting dari pendidikan budi pekerti
bagi kaum muda. Dalam salah satu episode, ada sebuah ceritera yang melukiskan jalan untuk mencapai urip sejati, biasanya disebut manunggalaing kawulo Gusti. Dalam ceritera wayang, orang Jawa sepertinya melihat cermin kehidupan, karena itu wayang sangat populer di Jawa sampai saat sekarang.

Pelajaran yang dapat ditarik dari cerita wayang, didunia ada hal baik dan jahat, dan berakhir dengan kemenangan yang baik. Seperti kelompok Pandowo dan satriya-satriya lain, memiliki sifat dan watak jujur, luhur, dan sopan. Berjuang demi kebenaran untuk kesejahteraan rakyat dan negara. Dengan serius mempelajari spiritualisme-Kebatinan, menggunakan kekuatan supranaturalnya untuk tujuan mulia. Satria memiliki watak luhur dan bertanggung jawab.

Jangan sekali-kali mengikuti tindakan Kurawa dan kroni-kroninya. Mereka tidak jujur, serakah untuk kekayaan material dan kekuasaan, kasar dan tidak sopan. Senang menuruti hawa napsu seperti raksasa, dalam bahasa Jawa sering disebut Buto artinya buta atau orang yang tidak bisa membedakan baik-buruk, benar-salah. Penghuni jagad raya tidak hanya manusia, hewan, tumbuhan, namun juga ada makhluk lain yang sering disebut makhluk halus (ada yang baik dan buruk). Dewa-Dewi yang tinggal di Kahayangan, penguasa jagad raya ini adalah Sang Hyang Wenang, dalam pelaksanaannya memberikan wewenang kepada Batara Guru.

Hidup manusia, tempat dan garis hidupnya telah ditentukan kekuasaan supranatural
milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Manusia wajib bersyukur kepada Tuhan yang telah
memberikan kesempatan untuk hidup didunia, dengan jalan memuja-Nya. Maka manusia
jangan menggerutu kepada-Nya sewaktu mengalami penderitaan, dan sebaiknya
mendekatkan diri kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar